Renungan Matius 5 : 8, “KEBAHAGIAAN ORANG YANG SUCI HATINYA”

0
616
Foto : Ilustrasi

Matius 5,8
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Matthew 5:8
Blessed are the pure in heart, for they will see God.

Mateus 5:8
Martua ma parroha na ias, ai idaon nasida do Debata!

Ayat renungan hari ini merupakan bagian dari khotbah Tuhan Yesus di bukit tentang kesembilan ”Berbahagialah”. Dan tentu, semua orang di dunia ini (siapa pun orangnya) menginginkan hidupnya mengalami ”bahagia”. Banyak cara dikejar orang dunia untuk mendapatkan kebahagiaan. Meraih kekayaan limpah, bahagia menurut mereka, sebab bisa menuruti keinginannya dengan menikmati kesukaan dunia, bisa menikmati kemewahan, bisa berkeliling dunia untuk menikmati banyak hal, bahkan menikmati dosa yang hanya bisa dinikmati seketika saja. Tetapi apakah mereka betul-betul bisa menikmati kebahagiaannya? Namun bagi orang-orang beriman (kepada Tuhan Yesus) perlu mengerti apa kebahagiaan yang sesungguhnya, seperti yang tertulis dalam renungan hari ini.

Renungan hari ini mengatakan, berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Kebahagiaan yang sesungguhnya menurut renungan ini ialah mereka yang suci hatinya. Dua poin perhatian penting pada renungan hari ini ialah:

1). Orang yang suci hatinya adalah berbahagia. Sebelum ke penjelasan detail, perlu dipahami makna suci hatinya. Merujuk pada Amsal 4:23, dikatakan tentang pemeliharaan hati lebih dari semua yang patut dipelihara. Bagi Amsal, hati merupakan pusat kehidupan kita sebab apa yang terdapat dihati kita itulah yang akan dilakukan melalui tindakan, perkataan atau perbuatan jika niat kita baik dalam hati kita maka kebaikan yang akan kita lakukan dan sebaliknya jika didalam hati kita hanya ada keburukan maka kita akan melakukan yang buruk dalam kehidupan. ”Suci hatinya”! Kesucian hati digambarkan sebagai “murni (pure)” artiya “sesuatu yang tidak tercampur dengan apapun dan bersih.” Jika di renungan hari ini Yesus berbicara tentang ”sebuah hati yang bersih yang tidak dicemari oleh dosa”, tentu Yesus menentukan standar kesucian hidup orang Kristen yang tertinggi. Hati yang suci berarti hati yang bebas dari campuran, tidak bercacat, tidak bernoda. Ini menunjuk pada keadaan hati yang tidak tercemar dan terpelihara dari kejahatan dunia, seperti hati yang bebas dari segala perasaan negatif, dendam, kepahitan, cemburu, iri, tidak mengampuni, mengingini hal-hal yang bukan bagiannya dan lain sebagainya. Jadi kesucian hati di sini ini adalah kesucian yang menunjuk hal yang bertalian dengan keadaan batiniah seseorang. Orang-orang yang suci hatinya adalah orang-orang yang jujur, tidak ada motivasi terselubung, tidak traksaksional (menurut kepentingan), tulus di dalam perkataan dan perbuatan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang memiliki keadaan hati tulus yang sinkron dengan tindakan maupun perkataannya, orang yang memiliki hati seperti inilah yang berbahagia. Sebab ia besikap murni apa adanya, tidak punya keinginan menipu, atau memainkan strategi apa pun di dalam relasinya dengan Tuhan maupun dengan orang lain. Banyak orang pura-pura mau menyembah Tuhan, datang kepada Dia, tetapi ternyata mencari keuntungan bagi diri sendiri. Tidak ada kerinduan yang tulus untuk datang kepada Tuhan. Tetapi orang-orang yang pura-pura ini akan dihakimi oleh Tuhan. Tuhan tidak pernah berkenan kepada orang-orang yang berpura-pura. Siapa yang belat-belit, kepada dia Tuhan juga akan bertindak belat-belit (Mazmur 18:27).

Seorang anak Tuhan yang sejati adalah seorang yang bisa menjaga dan memelihara kesucian hidupnya dengan benar dihadapan Allah dimana ketika ia memiliki peluang untuk berbuat dosa, ia lebih memilih tidak melakukannya, ia tetap berpegang teguh kepada integritasnya sebagai anak-anak Allah yang menjunjung tinggi nilai kesucian hidup dihadapan Allah daripada menikmati dosa yang sedianya berasal dari iblis (1 Petrus 1:16). Seorang yang suci hatinya, ia akan dengan tulus menjunjung tinggi nilai kesucian hidup di hadapan Allah. Untuk sikap ini, ia tulus dan dapat memusnahkan potensi untuk berbuat suatu kesalahan atau dosa yang sangat merintangi dirinya untuk bisa hidup sesuai dengan kehendak Allah. Mazmur 15:1-5 menjelaskan tentang orang yang murni hatinya, “mereka yang murni hatinya boleh mendekat ke gunung Tuhan.” Mereka boleh memandang wajah Allah mereka karena Allah mereka juga adalah Allah yang murni hatinya. Allah itu adalah Allah yang jujur. Dia tidak mungkin berdusta, Dia tidak mungkin mengucapkan firman yang berbeda dengan keadaan yang nyata. Dia tidak mungkin berbeda antara yang dinyatakan dengan apa yang sebenarnya. Tuhan adalah teladan di dalam kemurnian hati, dan oleh karena itu siapa yang meneladani Dia dengan sesungguh-sungguhnya akan melihat wajah-Nya.

2). Lanjutan perkataan renungan ini, ”mereka akan melihat Allah. Pada Matius 5:8, kata “melihat” ditekankan dengan pikiran atau pengertian atau dengan hati. Jadi melihat Allah, Allah bukan berarti kita bisa melihat wujud Allah dengan mata jasmani kita, tetapi dengan mata rohani yang celik, bisa melihat karya-Nya dalam hidup kita. Nyata sekali keterlibatan Allah dalam hidup kita, pertolonganNya saat kita dalam kesesakan, perlindunganNya ketika kita dalam bahaya, berkatNya yang tidak pernah habis, penghiburanNya saat kita berduka, memberi kekuatan saat kita lemah, tuntunanNya waktu menghadapi jalan buntu dll. Kejutan Surgawi dilimpahkan kepada orang yang suci hatinya, nyata sekali Tuhan ada, berinteraksi kuat dalam kehidupan yang penuh dengan rutinitas. Tuhan betul-betul sesuatu yang nyata dalam kehidupan kita. Semakin Allah menyatakan diriNya dalam hidup kita, semakin rindu kita untuk menyucikan hatinya dan kita akan semakin bahagia, semakin diberkati limpah, semakin beruntung. Kita dikejar berkat bukan mengejar berkat mati-matian sampai lupa berdoa/ibadah, bahkan meninggalkan Tuhan, lupa menyucikan diri.

”Melihat” disini juga berarti ia akan diberi dan dimampukan oleh Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya. Mengerti kehendak Tuhan menunjuk kepada kepekaan seseorang menangkap apa yang Tuhan kehendaki dalam hidupnya pribadi dan rencana-rencana-Nya bagi dunia sekitar. Matius 5:8, “melihat Allah”* artinya ”melihat dengan hati.” Orang-orang seperti inilah personal yang tergolong memiliki sensitivitas/kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Allah. Inilah kemampuan yang disediakan oleh Tuhan untuk mendengar suara Roh Kudus di dalam batinnya. Olehnya bertapa penting setiap anak Tuhan menghidupi nilai kesucian diri di hadapan Allah, sehingga dalam pelayanannya kepada Tuhan ia akan dikaruniai untuk memiliki kemampuan mendengar suara Tuhan dan berdialog dengan-Nya melalui Roh Kudus di kedalaman batininya.

Anugerah Allah dalam Yesus Kristus memberi peluang orang percaya untuk hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan mengenal dekat pribadi-Nya. Tuhan Yesus adalah Bapa yang berkenan dekat dengan anak-anak-Nya. Kehendak dan rencana-rencana-Nya rela dikenali oleh anak-anak-Nya. Allah menghendaki kita memenuhi panggilan-Nya untuk hidup kudus seperti Dia kudus. Sebab seseorang tidak mampu mengerti ke¬hendak Allah dan rencana-rencana-Nya jika ia belum bersedia memenuhi panggilan mengambil bagian di dalam kekudusan-Nya. Tuhan bukan pribadi yang “pelit” menunjukkan kehendak dan rencana-rencana-Nya untuk kehidupan umat-Nya, tetapi oleh karena umat itu sendiri yang tidak mampu menangkap panggilan untuk hidup didalam kesucian yang dikehendaki-Nya. Orang yang “Suci hatinya” bukan hanya seseorang yang percaya kepada Kristus, tetapi juga hidup untuk kemuliaan Tuhan.

Akhirnya, marilah hari ini mengambil sebuah komitmen untuk terus mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan Tuhan! Amin

Tetap semangat dan selalu bertekun dalam doa

By : Pdt. Sikpan K.P. Sihombing, MTh, MPd

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here