Jambi, Independennews.com – Fenomena politisi pindah dari satu partai politik (parpol) ke parpol lain, bukan hal baru. Hampir setiap pemilu, politisi pindah parpol sudah menjadi hal biasa bagi para politisi ditanah Air, Kepindahan seorang politisi dari partai yang satu ke partai lain tentu berbagai macam faktor atau alasan.
Seperti halnya yang dialami H.Hasan Ibrahim yang mengundurkan diri dari Partai PPP dan bergabung dengan Partai Demokrat, perpindahannya dari partai PPP bukan dikarenakan adanya niat tertentu, tetapi karena adanya kecemburuan diantara sesama kader yang tidak mengiginkan kemajuan dari rekan atau kader lain.
Kencemburuan yang cukup deras itu memaksa H.Hasan Ibrahim menyeberang ke Parta berlambang Mercy itu dan meninggalkan Partai berlambang Kabbah itu.
Jelang Pemilu 2019 ini, Politisi H. Hasan Ibrahim, terpaksa meninggalkan Partai persatuan Pembangunan (PPP) dan hijrah kepartai Demokrat. Kepindahanya ke partai demokrat menyusul terjadinya polemik di tubuh partai dan dorongan yang kuat dari kader lain untuk menyingkirkannya, hal itu menjadi beban moral bagi Politisi H.Hasan Ibrahim, yang menyebabkan dirinya hengkang meninggalkan PPP.
H.Hasan Ibrahim cukup dikenal karena telah lama berkecimpung di partai PPP dan sudah puluhan tahun mengembangkan partai PPP hingga besar di Kabupaten Bungo dan provinsi Jambi. Pengalamannya yang sudah matang untuk mengembangkan partai, tentunya membuat banyak partai melirik bahkan merekrutnya untuk membawa perobahan di tubuh partai.
Partai demokrat dikenal dengan melahirkan banyak pemimpin di Indonesia serta Daerahpun tidak ketinggalan selalu menyoroti sosok H. Hasan Ibrahim agar bisa ikut serta dalam mengembangkan syiar Islam pada Demokrat.
Meski begitu, ia menyatakan pindah ke partai politik lain itu bukan merupakan kepentingan Pribadi, namun untuk kepentingan bersama masyarakat jambi terhadap krisis kepercayaan masyarakat.
“Pindah partai itu bukanlah sebagai bentuk kepentingan pribadi, namun jauh lebih mengutamakan kepentingan masyarakat jambi serta kepercayaan partai, ini bukanlah, ” ujarnya.
H. Hasan Ibrahim menegaskan, pengabdian untuk masyarakat bisa melalui banyak cara dan jalan. Begitu juga atas pilihan melalui partai politik mana yang harus dipilih untuk melakukan tugas pengabdian ke masyarakat.
“Karena kepentingan Masyarakat, saya mau bergabung dengan Partai demokrat dibawah pimpinan Susilo Bambang Yudoyono (SBY), Tujuan kita bagaimana mensejahterakan rakyat Jambi Khususnya, Dan mengembangkan kembali Adat bersendi Syaraq & Syaraq bersendi Kitabulloh, Moral Generasi sekarang cepat terpengaruh oleh budaya asing, karena pendidikan Agama kurang diperhatikan, ” imbuh H.Hasan Ibrahim.
Hasan Ibrahim mengatakan mengapa alasan perpindahan ini terjadi dikarena ada faktor pengkhianatan ditubuh partai. Dan iapun merasa Perahu PPP itu sudah tidak ada kenyamanan lagi, ibarat Perahu selalu oleng dan Bocor. Jadi kalau bertahan dengan Perahu yang Oleng, ia menyampaikan sama saja mau karam ditengah.
Ia menegaskan pula, Sebagai Partai yang Berazaskan Islam dan berlambang Ka’bah, seharusnya kalau ada perbedaan dan perselisihan didalam tubuh organisasi itu merupakan hal biasa. Namun, sebagai pimpinan partai harus duduk bermusyawarah, bukan langsung main pecat, tapi Tabayun dan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah serta bermusyawarah. Ia melihat mulai dari Pusat sampai ke daerah selalu saja 2 kelompok atau 2 Kubu yang tidak pernah duduk bersama kecuali saling menyalahkan antara sesama anggota partai.
“Saya disini bukan benci pada partai, akan tetapi saya beralasan ada oknum pengkhianat dalam partai yang bisa menghancurkan masa depan partai. Apabila perahu bocor masih kita tumpangi, kita akan karam ditengah lautan, ” kata Hasan Ibrahim.
“Saya berharap kemarin, apabila ada permasalahan ditubuh partai, harus di musyawarahkan dulu, ini partai lambang Ka’bah dan berazaskan Islam, jangan langsung main pecat aja. Dari pusat sampai kedaerahpun selalu terkelompok-kelompok, ada 2 kelompok atau 2 kubu yang berbeda, padahal satu partai, ” katanya lagi. (Dar)