SUMUT, INDEPENDENNEWS.COM — Dalam satu pekan dua orang anggota ikatan dokter indonesia (IDI) cabang Medan, meninggal dunia akibat covid19.
Demikian disampaikan Ketua IDI Medan dr Wijaya Jumarna Sp-THT-KL kepada Media Independennews com, pada Kamis (13/8/20) pekan ini di Bilangan Medan Kota.
Dikatakan Wijaya Jumarna, dr Sabar Tuah Barus meninggal pada usia 75 tahun. Almarhum merupakan dokter senior di IDI Medan, beliau ini anggota IDI Medan, beliau senior kita.
Sebelumnya , seorang dokter muda yang bekerja di sebuah klinik di Medan meninggal dunia setelah dirawat hampir satu minggu di Rumah Sakit Siloam Medan. dr Dennis meninggal di RS Siloam tadi malam akibat covid19, ujar Wijaya, Kamis (13/8/2020).
BACA JUGA. :
- KRI Bungtomo 357 Tangkap Dua Kapal Ikan Vietnam
- Kapolda Kepri Lakukan Kunjungan Silaturahmi dengan Tokoh Masyarakat
- Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri Laksanakan Khitanan Massal
Berdasarkan IDI medan, hingga kini tercatat sebanyak 8 orang dokter yang meninggal akibat covid19, dr Dennis merupakan dokter paling muda yang meninggal covid19 dengan usia 32 tahun.
Menurut sepengetahuan Wijaya, almarhum dr Dennis bekerja disebuah klinik, ia bekerja tidak langsung menangani covid19, saat ini temannya yang bekerja di klinik yang sama tengah dirawat di ruang ICU salah satu Rumah Sakit di Medan.
Wijaya mendoakan agar segala amal ibadah para dokter yang meninggal diterima disisi yang maha kuasa, semoga darmabakti, dedikasi dan pengabdian mereka akan menjadi suri telafan dan menjadi pendorong semangat bagi tenaga kesehatan dan relawan medis lainnya yang sedang berjuang melawan covid19, katanya.
BACA JUGA :
- Dapur Umum Polres Kepulauan Anambas Bagikan Makanan Gratis Kepada Masyarakat
- Masuk Rutan Mapolres Lingga, IPTU Swondo : Tahanan Wajib Jalani Tes Kesehatan
Sebelumnya, berkaitan dengan banyaknya tenaga medis yang berjatuhan karena covid19, Wijaya menerangkan bahwa sangat penting memetakan kembali Rumah Sakit yang ada.
Jika dinilai satu Rumah Sakit lebih bermakna yang menangani pasien non covid, maka Rumah Sakit tersebut tidak boleh menangani pasien covid, begitu juga sebaliknya,ujarnya.
Wijaya berharap adanya dukungan semua pihak untuk turut menghargai jasa para tenaga medis di masa pandemi covid19 ini.
Kiranya kita masih berharap dukungan seluruh pihak, baik dari Pemerintah dan masyarakat untuk turut menghargai perjuangan para dokter dan tenaga medis lainnya dimasa pandemi covid19 ini.
Wijaya menilai, dengan banyaknya kasus covid19 yang dirawat dibeberapa Rumah Sakit swasta yang bukan Rumah Sakit rujukan resmi covid19 oleh pemerintah merupakan hal yang kurang tepat.
BACA JUGA :
- Sambut Hari Lingkungan Hidup, DPC LSM IDLH Pelalawan Laksanakan Kegiatan Penanaman Pohon
- Kadiskum Lantamal IV Ikut Webnar FGD Pengolahan Pulau Terluar
Saya tidak bilang itu salah, ujar Wijaya, tapi alangkah baiknya kalau pasien yang kena covid dan non covid19 itu dipisah, tidak boleh ada dalam areal yang berdekatan, makanya cukup Rumah Sakit Khusus yang merawat covid19 ujar Wijaya, ia menilai beberapa RS yang bukan rujukan covid19 oleh pemerintah, hal ini sangat beresiko tinggi terlebih bagi tenaga kesehatan yang berjuang langsung , saya menilai dengan pasien yang semakin banyak maka ini sangatlah beresiko tinggi bagi tenaga kesehatan, apalagi yang mengalami kelelahan dan adanya penyakit penyerta, katanya.
Menurut Wijaya, sebaiknya hanya sebanyak 30 persen total RS di kabupaten/kota yang khusus menangani covid19.
Menurut Wijaya sangat diperlukan sistem karantina untuk pasien covid19 yang tidak tergabung dengan pasien lainnya. Lalu lalang petugas RS, pasien dan keluarga pasien disatu gedung lama kelamaan bisa menjadi tidak terkendali.
Penyebaran virus bisa saja lewat lift dan pintu masuk (IGD) dan keluar sebagai tempat berlalu lalang tenaga kesehatan dan pasien covid19 dan non covid19 di rumah sakit.
Memang ruangan isolasinya berbeda, tetapi lift dan pintu masuk/keluar lintasan dokter dan pasien maupun keluarga pasien sangatlah rentan dengan COVID-19.
Sebelumnya, gugus tugas Percepatan Penanganan Covid19 Pemprov Sumatera Utara mencatat 348 tenaga medis dan tenaga kesehatan telah terpapar covid19, sebagian dari jumlah tersebut telah meninggal dunia.
Angka ini tercatat sejak awal mula kasus pertama yang terjadi di Sumatera Utara pada Maret 2020 lalu hingga Agustus 2020. Dari ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan tersebut , diantaranya 42 dokter spesialis.
Tercatat sejak awal pandemi hingga 8 Agustus , tenaga Kesehatan yang terpapar covid terdiri dari 42 dokter spesialis, 13 orang peserta pendidikan dokter spesialis, 29 dokter umum,207 orang perawat, 29 bidan dan 30 analis laboratorium, diantaranya meninggal dunia dengan konfirmasi covid19. Ujar Gugus tugas Percepatan Penanganan Covid19 Pemprov Sumatera Utara Whiko Irwan.
Whiko meminta agar masyarakat taat kepada protokol kesehatan agar meringankan tugas para dokter dan tenaga medis dalam merawat penderita covid19.
Jangan menbah penderita baru di Sumut, kita akan meringankan tugas mereka dalam merawat penderita covid19 bila seluruh masyarkat melaksanakan anjuran protokol kesehatan yakni dengan mengenakan masker, jaga jarak , cuci tangan pakai sabun dan menghindari keramaian, tegasnya.
Whiko mengatakan, orang yang sehat memiliki imunitas yang baik dan tidak akan sakit covid19,namun justru menjadi orang tanpa gejala yang menularkan virus Corona kepada orang-orang yang rentan.
Karena itu Pemerintah mewajibkan setiap orang memakai masker selama pandemi Corona agar orang-orang yang rentan tidak tertular virus Corona, orang yang rentan ini di antaranya mereka yang lanjut usia, balita, orang yang menderita penyakit kronis dan imunitas yang rendah, tegas Whiko.
Lebih lanjut, Whiko menyebutkan Gubernur Sumatera Utara telah meminta seluruh kepala daerah untuk mendisiplinkan masyarakat, dengan menerapkan sanksi sesuai inpres yang mempertimbangkan kearifan lokal. (Wendy)