Renungan :WARISKAN TELADAN DARI WIBAWA KEPEMIMPINAN ITU, JANGAN HANYA JABATANNYA

Nats Alkitab :

2 Rajaraja 2:12
*Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: “Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!” Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannya pakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.*

2 Kings 2:12
*Elisa saw this and cried out, “My father! My father! The chariots and horsemen of Israel!” And Elisha saw him no more. Then he took hold of his garment and tore it in two.*

2 Rajaraja 2:12
*Alai dung diida si Elisa songon i, joujou ma ibana: O damang, damang! Hureta ni Israel dohot angka jolma parsihundulna do ho! Dung i ndang be diida ibana. Laos dibuat ma ulosna jala diribahi bola dua.*

WARISKAN TELADAN DARI WIBAWA KEPEMIMPINAN ITU, JANGAN HANYA JABATANNYA

Nats renungan hari ini merupakan satu dari beberapa topik kisah dari 2 Rajaraja 2:1-25, “Elia Terangkat ke sorga.

Topik pertama ialah ayat 1-3, “Elia dan Elisa tiba di tepi sungai Yordan dalam perjalanan mereka dari Gilgal, ke Yeriko lalu tiba di Yordan”.

Topik kedua, ayat. 4-5 yakni bagian “persiapan Elia tarangkat ke sorga yang dari awal telah direncanakan Tuhan,. peristiwa itu akan dilihat oleh Elisa”.

Topik ke tiga ialah ayat 6-10, yakni “sebelum Elia terangkat ke sorga, ada masa persiapan (memberi petunjuk-petunjuk dll) suksesi/penerus (pengalihan) kepemimpinan antara Elia kepada Elisa”.

Pada 2 Rajaraja 2:11-12 ini, “Elisa nyata melihat Elia terangkat ke sorga”. Peristiwa Elia naik ke sorga seperti disaksikan (dilihat nyata) oleh Elisa, ini berarti bahwa Tuhan tetap mau memanggil kembali Israel untuk bertobat kembali padaNya.

Tuhan masih memberikan kesempatan pertobatan itu. Namun, kesempatan itu tidak dimanfaatkan baik oleh umat Israel dan akhirnya kesempatan itu dalam banyak hal hanya dimanfaatkan orang-orang kecil dan juga orang kafir seperti Naaman.

Elisa banyak melakukan mujizat di tengah-tengah golongan nabi yang miskin. Dia juga menolong beberapa orang dengan melakukan mujizat-mujizat bagi mereka.

Walau demikian, tetap tidak ada tanda-tanda bahwa Israel secara bangsa, ingin kembali kepada Tuhan. Hanya kaum sisa dari Israel yang tetap menyembah Tuhan sedangkan yang lain Tuhan biarkan untuk terus hidup di dalam keadaan sifat kekafiran (kedegilan) mereka.

Bahkan setiap tanda-tanda yang dikerjakan Elisa untuk raja pun hanya sekitar kemenangan di dalam peperangan saja, tanpa adanya pertobatan ataupun dampak pertobatan yang sejati terjadi. Israel tetap meninggalkan Tuhan dan hanya tinggal menunggu waktu sebelum mereka benar-benar dibuang oleh Tuhan.

Kisah di atas menjadi sangat jelas bila dipahami bahwa Elia adalah guru, pembimbing, mentor bagi Elisa. Selama bertahun-tahun Elisa mengikuti Elia, Elisa melihat/menyaksikan langsung dan belajar dari Elia.

Elisa melihat Elia melakukan mukjizat, menyelesaikan debat, membawa rekonsiliasi/perdamaian. Elia telah menghabiskan waktunya bertahun-tahun melatih dan mempersiapkan Elisa sebagai pengantinya sampai waktu ketika Elisa akan mengambil jubah kepemimpinannya.

Elia adalah nabi yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Banyak rencana dan karya Tuhan terjadi melalui dirinya, seperti bernubuat supaya hujan turun dan tidak turun (1 Raj 17:1, 18:41-46), menegur penguasa tinggi, raja Ahab (1 Raj 18), mengalahkan nabi-nabi Baal di gunung Karmel (1 Raj 18:20-40) dan lain sebagainya.

Elisa adalah tipe orang yang setia dan patuh, Ia setia kepada seniornya, pembimbingnya, mentornya, gurunya. Dalam hal ini, Elia merasa senang, karena dia merasa tidak salah pilih (1 Raj 19:19-21).

Kesetiaan Elisa tampak dalam peristiwa perjalanannya dengan Elia. Ada 3 kali Elia hendak meninggalkan Elisa, namun setiap kali Elia melakukan itu, Elisa tetap bersikeras harus tetap mengikuti Elia, hingga Elia pergi berangkat ke sorga (bagian nats renungan ini), sesuai dengan perintah Tuhan Allah.

Dalam pasal 2 ini, Elisa yang tahu bahwa saat itu adalah saat-saat terakhir ia bisa bersama Elia tuannya (ay 3b,5b), menolak untuk ditinggalkan, Elisa tetap lebih memilih untuk bersama Elia. *Ia terus menempel ke Elia saat mereka melakukan perjalanan, mungkin terlihat menyedihkan tetapi hal ini mengungkapkan keintiman hubungan mereka, yang melampaui hubungan ayah-anak (ay 12)*.

Di dua lokasi, rombongan nabi (para murid nabi) bertanya pada Elisa tentang keberangkatan Elia (ay 3, 5). Jawaban Elisa atas pertanyaan ini kasar, mencerminkan ketegangan emosionalnya akan suatu perpisahan dengan Elia (idolanya).

Akhirnya, mereka mencapai perjalanan akhir. Di sungai Yordan, sekarang saatnya bagi Elia untuk menyeberang. Sekali lagi Elia mencoba untuk mencegah Elisa mengkutinya, tetapi lagi-lagi, Elisa bersikeras bahwa ia akan tetap mengikuti Elia.

Di seberang Sungai Yordan, pada saat-saat terakhir keberadaan Elia di bumi. Elia berkata kepada anak didiknya yang masih muda itu, *”Mintalah apa yang hendak kulakukan kepadamu, sebelum aku terangkat dari padamu.”

Jawab Elisa: “Biarlah kiranya aku mendapat dua bagian dari rohmu.”* *Apa artinya permintaan ini?* Elisa rupanya menganggap bahwa Elia mempunyai banyak anak rohani (ini mencakup nabi-nabi di Betel dan Yerikho), dan ia meminta warisan sebagai anak sulung. suatu ‘bagian double’ dari roh Elia, bukan suatu kuasa yang lebih besar dari yang dimiliki Elia diminta Elisa, tetapi bagian yang diberikan kepada anak tertua yang menggantikan posisi ayahnya yakni “mampu menjadi panutan, teladan, cerminan dari wibawa itu”. Tegasnya,

Elisa meminta semangat yang ada dalam diri Elia, yaitu *semangat yang berasal dari Allah*. Kuasa dari Allah yang memberinya kemampuan untuk melakukan mukjizat *(menjadi pemimpin panutan/teladan)*. Kuasa dari Allah yang memberinya suara untuk: *berbicara tentang kebenaran kepada penguasa dunia; yang memberi kepada Elia kebijaksanaan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan;

Kuasa dari Allah yang bekerja melalui Elia; yang membawa gairah dan kasih sayang yang melimpah selama pelayanannya*. Dia membutuhkan itu dalam rangka untuk menjadi pemimpin di tengah komunitasnya. Dia membutuhkannya untuk membawa kesembuhan dan kasih sayang bagi orang di sekitarnya. Ia membutuhkan semangat pelayanan agar ia bisa memenuhi misinya.

Akhirnya, melalui perikop ini jelas kelihatan bahwa Elisa adalah figur yang sangat cocok dan tepat menjadi pengganti/penerus Elia, memimpin bangsa Israel. Elisa setia, serius, sungguh-sungguh, dan gigih berjuang. *Kesungguhan Elisa menjadi pelayan itu terbukti sebab ia memenuhi syarat untuk memiliki kuasa/wibawa Elia* melalui *dapat melihat Elia berangkat ke sorga* (ay. 12) dengan kereta berapi dan kuda berapi. Ini menjadi suatu legitimasi dari Allah sendiri, bahwa *ia benar-benar disetujui dan dipilih Allah sebagai pengganti Elia*.

Selanjutnya Elisa memiliki kompetensi seperti Elia, sanggup melakukan apa yang telah dilakukan oleh Elia yakni melakukan tanda mujijat (ay 14). Legimitasi berikutnya adalah dari teman-temannya nabi yang lain (manusia), dimana teman-temanya itu melihat semua kejadian itu dengan jelas dari jarak tertentu (ay 15).

Saudara/i, jelaslah bahwa Kisah Elia dan Elisa pada perikop ini berbicara tentang bimbingan dari transisi kepemimpinan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Proses transisi, suksesi dan kelangsungan tugas kenabian sangat menentukan sukses tidaknya sebuah pelayanan. Maka, dari renungan hari ini, kita belajar:
a). Sebaiknya hubungan senior dengan junior (dalam konteks suksesi kepemimpinan) adalah hubungan yang saling membangun, bukan hubungan yang saling bersaing yang menyudutkan yang berakhir pada malapetaka (tanpa keteladanan)*. Jikau kalau itu pada suksesi kepemimpinan (periodeisasi) di tengah-tengah jemaat?

b). Belajar dari Elisa tentang bagaimana ia belajar dan mengikuti orang yang lebih berpengalaman dan bijaksana. Permintaan Elisa untuk “dua bagian roh” adalah tentang *warisan rohani yaitu semangat pelayanan bukan kuasa*. Dia ingin melanjutkan pelayanan Elia dan tidak memulai model pelayanan yang ia ciptakan sendiri. Ini merupakan sebuah pelayanan yang dilakukan dalam kerendahan hati.

c). Kita memiliki peran sesuai dengan talenta dan pekerjaan kita masing-masing. Baiklah kita tetap setia memberikan yang terbaik bagi Allah melalui talenta dan pekerjaan itu. Elisa setelah terpilih menggantikan posisi Elia, ia memberikan dirinya sepenuhnya untuk melayani dengan tulus, sepenuh hati dan penuh kesetiaan.

d). Percayalah, jika Allah memanggil kita untuk suatu tugas pelayanan, Tuhan akan memberikan semangat dan kasih karunia kepada kita untuk melakukannya. Ingatkan dirimu bahwa semua pelayanan yang engkau lakukan bisa menjadi persembahan yang harum bagi Allah. Amin

By : Pdt Sikpan Sihombing, STh

You might also like