Ratapan 3:26
Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
Lamentations
It is good to wait quietly for the salvation of the LORD.
Andung 3:26
Martua ma manang ise na hohom mangkalungunhon hatuaon ni Jahowa.
Sangat sering kita mengalami hal seperti ini, yakni datangnya masalah bertubi-tubi, saling ingin mendahului bagaikan tidak mau kalah untuk menyusahkan kita.
Belum beres satu, sudah datang dua masalah baru. Oleh keadaan seperti ini, kita jadi bingung harus menyelesaikan yang mana duluan, mulai dari mana, bingung bagaimana bisa keluar dari tumpukan masalah ini, apalagi kalau masalah-masalah ini enggan meninggalkan kita.
Kita dicekam rasa panik menghadapi serangan masalah seperti ini. Di tengah terpaan bertubi-tubi seperti itu kita bisa cepat kehilangan kesabaran lalu bergegas mencari alternatif-alternatif lainnya. Disana ada banyak jebakan yang bisa membuat segalanya menjadi lebih runyam, membuat kita semakin menjauh dari Tuhan dan akhirnya menjerumuskan diri sendiri ke dalam jurang kesesatan.
Kalau tidak separah itu, kita bisa bermasalah dengan kesehatan seperti terkena stres, depresi, kehilangan kontrol diri, darah tinggi dan lain-lain apabila membiarkan kepanikan melanda diri.
Sebelum semua itu terjadi, sebuah tindakan penting yang dianjurkan renungan ini, dari pada terus berteriak, mengeluh, mengaduh, menangis atau malah melakukan tindakan-tindakan yang didasari emosi hinga merugikan diri sendiri dan orang lain, ada baiknya kita turuti apa yang diajarkan dipesankan renungan hari ini, yakni memilih untuk melakukan adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN (mengambil waktu untuk diam, merenung bersama/di hadapanNya).
Lalu, mengapa baik bagi kita untuk diam dalam menanti pertolongan Tuhan? Karena dengan diam kita bisa terhindar dari berbagai godaan yang menyesatkan. Dengan diam kita bisa fokus mengambil momen perenungan, introspeksi ke dalam diri kita, mencari tahu kalau-kalau ada yang masih belum kita bereskan.
Dengan diam kita bisa terhindar dari mengambil langkah-langkah yang hanya didasarkan kepada perasaan emosional, tidak rasional dalam memutuskan. Dengan diam itu bisa mencegah kita melakukan kesalahan-kesalahan yang hanya akan menambah masalah.
Mazmur juga menasehatkan sikap ini, “diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mazmur 46:11).
Kita sering lupa kepada Tuhan ketika kepanikan sedang berkecamuk menguasai. Mengambil jeda sejenak, diam dan berhenti. Lalu mengajak pikiran dan hati kembali mengingat bahwa ada Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu, mampu melakukan sesuatu bahkan hal yang paling mustahil sekalipun.
Kembali mengingat janji-janji Tuhan yang begitu mengasihi kita, kuasaNya yang ajaib yang mengatasi bumi. Masalah mungkin tidak langsung selesai, pergumulan masih akan terus berlangsung, tapi ada saatnya kita harus mengambil langkah tersebut sebelum kita mengambil langkah yang keliru.
Disamping itu, adalah jauh lebih baik bagi kita untuk diam ketimbang terus mengisi hidup dengan keluhan dan kata-kata lain yang negatif, yang bukan saja merugikan kita sendiri tapi juga akan menambah lebih banyak lagi masalah.
Dalam menghadapi serangan masalah beruntun, kita akan terpancing untuk sibuk melakukan segala sesuatu tanpa pikir panjang dan akan terus kecewa apabila situasi tidak kunjung menjadi baik meski kita sudah mati-matian berusaha mengatasinya.
Waktu itu terjadi, kita seringkali lupa bahwa sebenarnya kita harus mengambil waktu untuk diam lalu mendatangi Tuhan. Duduk diam di hadiratNya untuk mendengar suaraNya, menikmati kedekatan terhadap Tuhan yang sangat mengasihi kita, menyerahkan segala permasalahan kita ke dalam tanganNya dan mengijinkan kehendak dan rencanaNya turun atas kita, karena itulah yang terbaik.
Jangan lupa bahwa Tuhan sanggup menghadirkan kelegaan (Matius 11:28), bahkan menggendong, menanggung dan memikul dan menyelamatkan kita sampai kapanpun.
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.”
(Yesaya 46:4). Kita bisa lupa akan semua ini apabila kita terlalu sibuk dalam kepanikan. Kita lupa bahwa di atas segalanya, ada Tuhan yang berkuasa lebih dari apapun di dunia ini. Kita lupa bahwa ada Tuhan yang kuasanya tak terbatas melebihi kemampuan kita yang terbatas.
“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (Mazmur 46:11). Sama seperti kata Yeremia “Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (Yeremia 3:26).
Diamlah dan arahkan pandangan kepada Tuhan. Dalam menghadapi serangan masalah, ketika badai menghantam, mudah bagi pikiran kita untuk merasa seolah-olah semua janji Tuhan seperti terasa sangat jauh dari jangkauan kita, atau sangat lambat datangnya.
Tapi ingatlah bahwa meski saat ini kita mengalami kekecewaan dari harapan yang belum juga kunjung tercapai, ada saat dimana kita harus menunggu disertai harapan yang tetap menyala. Terus menanti-nantikan Tuhan tidaklah pernah sia-sia. Ada banyak kuasa luar biasa yang disediakan Tuhan kepada anak-anakNya yang terus tekun menanti-nantikanNya, seperti yang sudah kita bahas dalam renungan kemarin.
Dari Tuhanlah datangnya segala pertolongan, bukan dari yang lain. Sambil terus berusaha, berdoa, terus melangkah. Percayalah bahwa Tuhan tidak pernah kekurangan cara untuk melepaskan kita di tengah kesesakan. Amin
Pdt. Sikpan K.P. Sihombing, MTh, MPd