Menjelang Indonesia melangsungkan Sidang Umum MPR tahun 1997, dan mengalami reformasi 1998, banyak elit politik dan pejabat negara kasak kusuk tidak suka dengan pak Habibie.
Di antara mereka yang tidak suka itu, membuat gerakan klandestein, gerakan bawah tanah mengkritisi bahkan berseberangan dengan kekuasaan Suharto, atau kekuasaan Orde Baru. Salah satu alasannya Suharto dinilai terlalu percaya dan terlalu dekat dengan BJ Habibie.
Habibie dianggap diberi kekuasaan terlalu besar oleh Suharto. 7 Perusahaan strategis ada di tangan Habibie. Selain jabatan yg sudah lama sebagai Menristek, kepala BPPT, ketua ICMI, Pembina Golkar, hingga akhirnya dipilih Suharto menjadi Wapres yang mendampingi dirinya di Sidang Umum MPR 1997.
Banyak orang iri dengan jabatan Habibie yang berderet. Dari yang sekedar mempertanyakan apa Habibie bisa dan punya waktu untuk bekerja dengan begitu banyak jabatan. Sampai rumor-rumor yg mempertanyakan kenapa Soeharto begitu “tunduk” mengikuti keinginan “anak emas”nya ini? Sampai sampai Soeharto dianggap lebih memilih “dekat” dan percaya Habibie dengan ICMI nya dari pada dekat dengan tentara dan kaum nasionalis.
Saat itu muncul gerakan politik yg mengarah anti Suharto dan Habibie dengan Ikatan Cedekiawan Muslimnya. Gerakan klandestein itu tak hanya dilakukan oleh politisi dan aktivis sipil nasionalis, tapi juga mantan jenderal dan tentara. Mereka mulai tidak suka dengan penguasa Orde Baru yg begitu lekat dengan Habibie yang notabene membawa bendera Ikatan Cendekiawan Muslim.
Saat terjadi gerakan reformasi 1998 hingga Jakarta rusuh dan Soeharto menyatakan berhenti di tanggal 21 Mei. Praktis kekuasaan Soeharto beralih ke Habibie. Gerakan demo besar hingga kerusuhan yg membakar Jakarta telah mendesak presiden Soeharto menqgundurkan diri atau berhenti dr jabatan presiden, dan praktis wakil presiden naik menjadi presiden itulah Habibie
Mahasiswa bersorak, Orde Baru tumbang, Habibie jadi Presiden ketiga. Indonesia memasuki era baru, era demokrasi, era presiden sipil. Saat itu walau presiden Habibie berhasil mengendalikan krisis politik dan krisis ekonomi dalam waktu singkat, tapi apresiasi padanya belum muncul. Padahal waktu itu rupiah sempat terpuruk hingga 17 ribu per dolar Amerika. Habibie berhasil menaikkan kembali hingga 8. Ribu per dolar Amerika dan stabil.
Tapi demo demo tidak berhenti. Ejekan pada Habibie sebagai presiden tidak berwibawa sering muncul dalam narasi narasi politik di berbagai tempat. Meme atau karikatur pak Habibie digambarkan sebagai presiden berwajah kekanak kanakan dengan mata melotot sering muncul dan dibawa oleh pendemo saat itu.
Puncaknya Sidang Umum MPR 1998 presiden Habibie ditolak Pertanggung Jawabannya oleh MPR. Sedangkan di luar gedung DPR MPR, Jakarta diwarnai dengan demo demo Mahasiswa yg menolak Habibie sebagai presiden, dan tuntutan Soeharto diadili. Pergolakan politik itu sampai memunculkan kasus Semanggi 1 dan Semanggi 2 yg membawa korban beberapa mahasiswa tewas.
Tekanan dan sentimen pada Habibie terjadi juga di level elite, hingga akhirnya pak Habibie tercatat sebagai Presiden Indonesia tersingkat. Walau beliau dikenal sebagai orang brilian, teknokrat yg handal dan jenius, tapi sebagai penguasa politik Habibie hanya setahun menjabat. Padahal beliau melakukan banyak hal selama setahun itu. Habibie lah yg menghasilkan banyak UU di tahun 1999 yg isinya landasan demokratisasi Negeri ini. Boleh dikatakan Presiden Habibie-lah yg membangun infrastruktur demokrasi, mengubah sistem otoriter Orde Baru menjadi sistem yg demokratis. Tapi Habibie pula yg pertama menjadi korban ganasnya politik bebas dan demokratis. Tak hanya dicela dan dihina saat berkuasa, tapi hasil rekayasa teknologinyapun sempat tak dihargai. Habibie dituduh bagian dr Orde Baru, kelanjutan Soeharto, sehingga banyak unsur masyarakat saat itu menolaknya berkuasa. Padahal Soeharto dan keluarga Cendana justru sejak Habibie jadi Presiden hingga lengser, tidak diterima oleh keluarga itu. Soeharto tidak mau ketemu Habibie. Habibie dimusuhi diperlakukan sebagai “pengkhianat” Cendana.
HABIBIE MENJADI TELADAN
Selepas Habibie tidak menjadi presiden karena tidak mengajukan diri, di Sidang Umum 1999, Habibie lebih banyak disibukkan dengan urusan pengabdian pada ilmu pengetahuan, teknologi dan keluarga. Sebagai mantan presiden Habibie menjunjung etika. Dia tidak lagi ikut politik praktis. Habibie tidak pernah mengeritik Pemerintah atau Presiden penggantinya. Etika moral demokrasi dia pegang. Habibie tidak pernah mengumbar pernyataan yg kontroversi atau menyerang pemerintah. Dia mengikuti tradisi para pemimpin dunia dari negara negara Barat yg maju, bahwa para mantan presiden itu tidak elok bicara menyoroti pemerintahan sesudahnya.
Karena keteladanan pak Habibie, justru rakyat simpati kepadanya. Orang mulai banyak melihat kebaikan kebaikan pak Habibie. Apresiasi terhadap karyanya kembali mengemuka. Kerinduan pada sikapnya yg demokratis mulai muncul dimana mana. Apalagi secara romantis pak Habibie juga bisa menjadi teladan tentang perjuangan dan cintanya pada istri tercinta ibu Ainun. Walhasil pak Habibie menjadi tokoh terhormat dan teladan bagi kita semua. Hujatan hujatan seperti saat dia berkuasa tidak ada lagi, terhapus oleh pujian dan kekaguman di masa tua beliau. Bahkan presiden Jokowi maupun SBY menaruh hormat kepada Habibie. Habibie menjadi tokoh yg nyaris sempurna bagi panutan bangsa. Kalau ada hal penting beliau datang dan memberikan masukan langsung ke presiden. Habibie tak pernah “mempermalukan” penerusnya. Habibie adalah teladan bagi negarawan, tapi Habibie juga teladan bagi ilmuwan. Bahkan Habibie juga panutan bagi para suami, ayah ataupun kakek.
Hari ini kita kehilangan sosok teladan itu, Allah memanggilnya diusia 83 tahun. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan pak Habibie. Selamat jalan pahlawanku, teladanku dan idolaku. Kami Bangsa Indonesia tdk akan melupakanmu. Hari ini kami berduka mengantar kepergianmu, kami hanya bisa berdoa semoga arwahmu di terima disisiNya dan dikumpulkan dengan ibu Ainun di JannahNya.
Oleh :Prof Henry Subiakto