Independennews.com, Natuna – Dalam rangka menurunkan angka stunting di Natuna, Pemkab Natuna melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Hal itu seperti disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Natuna, Hikmat Aliansyah.
Ia mengatakan, Stunting merupakan salah satu penyakit yang sangat di khawatirkan yang mana Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),” ujar Kadis Kesehatan.
Sejak tahun 2017, Natuna kata dia sudah masuk ke dalam lokasi khusus intervensi Stunting. Terkait dengan kondisi tersebut, Ia menyampaikan upaya yang dilakukan Pemkab Natuna dalam rangka menurunkan angka stunting yaitu dengan melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
“Intervensi spesifik dilakukan dengan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan seperti peningkatan mutu dan akses pelayanan kesehatan,” ucapnya
Untuk menanggulangi dan mengantisipasi terjadinya stunting ditengah masyarakat, Kata Hikmat Aliansyah, dilakukan berbagai peningkatan seperti peningkatan mutu dan akses pelayanan kesehatan dengan cara menyediakan jaminan kesehatan, peningkatan kesehatan dan keselamatan ibu dan anak serta remaja
“Peningkatan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular dan peningkatan perbaikan gizi masyarakat,” terangnya.
Sementara itu kata dia, intervensi sensitif dilakukan cara kerja sama lintas sektor seperti sektor pendidikan, parenting, permukiman, sosial, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan KB.
“Pada dinas pendidikan, dengan memastikan pelaksanaan kelas parenting, anak umur 2-6 tahun terdaftar di PAUD, memastikan rumah tangga menggunakan sumber air minum layak, RT bersanitasi layak (dinas perkim), memastikan KPM RKH, 1000 HPK sebagai penerima PPNT (dinas sosial),” jelasnya
“Memastikan desa menerapkan KRPL (dinas ketahanan pangan), memastikan adanya kelas ibu hamil dalam rangka konseling gizi dan kesehatan bagi ibu on hamil (dinas pemberdayaan perempuan dan KB), serta memastikan keluarga yang memiliki balita mengikuti Bina Keluarga Balita (BKB),” paparnya.
Ia menjelaskan, sebelumnya pada tahun 2018 juga telah dilakukan kerja sama dengan Disdukcapil melalui strategi Siberes untuk menurunkan AKI dan AKB terhadap pelayanan ibu bersalin.
“Percepatan perbaikan gizi masyarakat melalui penanggulangan dan penangan stunting, peningkatan kesehatan lingkungan melalui Desa ODF, pengendalian dan penanggulangan faktor risiko penyakit menular dan tidak menular, melalui intervensi berbasis resiko penyakit, mengurangi resiko penyakit dengan menerapkan GERMAS serta peningkatan surveilans penyakit.”Tutupnya .(AL)