MAZMUR 24:1 TUHAN PEMILIK BUMI DAN SEGALA ISINYA

0
11389

Renungan, Senin (8 Juni 2020)

*Mazmur Daud. Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.*

Psalms 24:1
*The earth is the Lord’s, and everything in it, the world, and all who live in it*
Psalmn 24:1
*Gok di Jahowa do tano on ro di isina, portibi on dohot pangisina.*

Sdra/i, nats yang paling sering dikutip dari Mazmur 24:1-10 adalah ayat 4-5 yg bunyinya: *”Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.”* Jadi menarik memperhatikan bila teks renungan pada hari ini, hanya dari ayat 1 pasal 24 kitab Mazmur ini. Sbgmana ay. 4-5 merupakan sambungan dari ayat 1 di pasal 10 kitab Mazmur ini, pada renungan hari ini dicoba tetap menjelaskan ayat 1, tentu dengan sedikit mengaitkannya dengan keterangan ayat 4-5. Mazmur 24 ini, dibagi menjadi 3 bagian yaitu ayat 1-2 berisi Pujian kepada Tuhan sebagai pencipta; ayat 3-6, lebih merupakan liturgi penerimaan peserta ibadah (bnd. Mazmur 15); kemudian pada ayat 7-10 berisi tanya jawab di pintu gerbang yang akan dilewati oleh Tuhan sebagai Raja Kemuliaan. Topik utama Mazmur 24 ini terlihat pada ayat 3 yg dengannya orang Yahudi mengangkat pujian Maz psl 10 ini sebagai pengantar ibadah. Mazmur 24 ini merupakan refleksi khusus dari Daud terhadap peristiwa pemindahan tabut perjanjian dari Obed Edom ke Yerusalem.

Mari fokus ke ayat 1, “berbicara mengenai hak milik, sesungguhnya bumi dan segala isinya termasuk kita (manusia) adalah milik Allah”. Kata-kata “bumi dan segala isinya milik Tuhan” dapat artikan bahwa setiap anak-anak Tuhan akan beroleh jaminan daripada Tuhan, bukan saja rohani tetapi juga jaminan jasmani. Penjelasan ini hendak menekankan bahwa semua ciptaan Tuhan dan kita (manusia) khususnya, akan dipelihara oleh Tuhan dan akan dicukupkannya bahkan Ia sanggup membuat kita hidup berkelimpahan (komitmen Allah Trinitatis). Sebagai Raja, Allah berhak menuntut seluruh ciptaanNya, khususnya manusia, tunduk menyembah Dia dan taat pada firmanNya. Sesuai pokok tekanan perkataan di atas, *“Allah adalah penguasa dan pemilik langit dan bumi.”* Oleh karena itulah dikatakan “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya dan yang diam di dalamnya.” Dari yang wujudnya paling kecil hingga ke wujud yang paling besar. Dari semua yang tidak dapat dilihat oleh kasat mata manusia (seperti amuba, bakteri, virus corona 19, kuman) hingga ke yang wujudnya yg paling besar yg dapat dilihat oleh mata kita, baik benda mati ataupun yang bernyawa, Tuhanlah pemilik semua itu. Baik binatang maupun manusia, semuanya milik Tuhan. Termasuk juga semua bahasa yang ada di bumi adalah milik Tuhan. Sekalipun secara kultural/social-budaya, bahasa adalah milik bangsa yang menggunakannya. Dibentuk sebagai hasil karya budaya. Namun secara iman, *“semua bahasa adalah milik Tuhan” utk dipakai bagi maksud dan tujuan kemuliaan Tuhan di bumi milikNya* (bnd. larangan aplikasi Injil ditulis pd salah satu bahasa suku di Indonesia). *Semua bentuk keajaiban dan keunikan yang ada di dalamnya ada di dalam kontrol Tuhan.*

Ayat 1, sebagaimana dunia ini dimiliki, dikuasai, dipelihara dan dijaga oleh Tuhan, kuasaNya memenuhi seluruh bumi dan jagat raya, dan kuasa Tuhan atas jagat raya tidak bergantung pada ciptaan mana pun juga, melainkan secara mutlak bebas dari segalanya dan berdaulat atas segalanya. *Pemahaman akan Allah tentang kuasaNya atas bumi dan jagat raya tidaklah eksklusif yakni hanya berada dalam kuasa pemahaman sekumpulan orang beriman saja, tetapi juga atas orang-orang tidak beriman, Allah berotoritas penuh.* Perkataan ini penting sebagai peringatan berharga untuk tidak membatasi Allah, pada satu kota, satu rumah, satu kelompok, satu orang, satu kuasa jabatan (politik, jabatan gereja), satu ibadah atau pada satu budaya saja. Pada ayat 2 diungkapkan “sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.” Dua kata penting dalam ayat ini, yaitu kata “mendasarkan” dan kata “menegakkan”. Kedua kata ini menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan sang pencipta.

Pada Alkitab, dapat ditemukan hubungan yang secara khusus yg dinyatakan Allah kepada manusia sebagai umat kepunyaanNya. Bangsa Israel telah mengenali Allah, sebab Ia telah bertindak dan menyatakan Diri dengan membebaskan umatNya dari Mesir dan mengadakan PerjanjianNya di Sinai, “Dialah pencipta alam semesta.” Dalam rangka menunjukkan jati diri manusia kepunyaan Allah, pemazmur mengungkapkannya dalam bentuk pertanyaan. *“Siapakah yang boleh naik keatas gunung Tuhan? Siapakah boleh berdiri ditempatNya yang kudus?”* (ay. 3). Dengan bentuk pertanyaan, “siapakah yang layak berdiri di hadapan Allah yang begitu berkuasa?” Pertanyaan yg langsung dijawab di ayat 4, *“Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.”* Perhatikan kata *“yg tangan yang bersih”* dan *“yg hatinya murni”*. Dua kata ini hendak menekankan “bersih dari tindakan dosa yang lahiriah” (Yes. 1:15; 33:15; 1 Tim. 2:8) dan mengacu *pada kekudusan batin, motivasi dan sasaran yang benar.* Jadi saudara, hanya orang yang murni hatinya akan melihat Allah (Mat. 5:8).

Dua pesan dari firman ini sebagai renungan hari ini bagi kita yakni:
a). Melaluinya, Pemazmur hendak menekankan bahwa orang yang ingin menyembah dan melayani Allah dan menerima berkatNya harus mengusahakan hati yang murni dan kehidupan yang benar. Kita bersyukur karena Tuhan sudah memelihara hidup kita dan kitapun pastinya tidak pernah luput dari kesalahan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita perlu mohon ampun kepada Tuhan sehingga kita dapat layak di hadapannya. Karena kita di hadapan Allah adalah manusia yang berdosa dan hina di hadapan Tuhan sehingga untuk kita bisa datang kepada Tuhan dengan mohon pengampunan dari Tuhan. Sangat jelas, firman Tuhan berkata hanya orang yang bersih hatinya, murni hatinya dan tidak bersumpah palsu yang layak datang kepada Tuhan.

b). Kita perlu datang kepada Tuhan dengan menyadari dosa dan minta pengampunan atas dosa yang telah kita lakukan. *Orang Kristen harus menjadi orang yang murni hatinya, tidak munafik, tetapi apa adanya.* Meskipun perkataan ini terdengar tendensius, tetapi bagi orang yang sudah ditebus dosanya oleh Yesus Kristus hal ini menjadi mungkin dan tidak lagi menjadi tendensius, sebab memang kita telah dan akan terus akan menerima penyertaan dan kasih karunia Tuhan setiap waktu. Pada kesadaran inilah kita perlu merawat sikap iman di kita di hadapan sesama, dan inilah yg paling dihimbau melalui pesan nats hari ini walau kita berada di dalam kesibukan kita sehari-hari.

Akhirnya, memahami bahwa Allah telah menyelamatkan kita dan akan terus menuntun kita dengan keadilan dan berkat, maka menghargai keselamatan yang telah diberikanNya tentu dengan memperlihatkan cerminan keselamatan itu dalam kehidupan kita sehari-hari melalui menjaga dan merawat *hati yg tetap lurus dengan tidak ada penipuan”*. Amin (sikpan sihombing)

*Tetap semangat dan selalu dalam Doa*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here